www.gunadarma.ac.id || studentsite.gunadarma.ac.id
Artinya: ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa silam takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada tunggak tak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.
Ungkapan tradisional tersebut tidak jauh dengan amanat Bung Karno dalam pidato hut proklamasi 1996: “janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”
Tari Jaipong |
Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang,
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang sunda juga
mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup
tersebut tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat
dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama
islam. Pandangan hidup orang sunda yang diwariskan dari nenek moyangnya dapat
diamati pada ungkapan tradisional sebagai berikut:
"hana
nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma beuheula aya tu
ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana watang, tan hana
tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catangna."Artinya: ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa silam takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada tunggak tak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.
Ungkapan tradisional tersebut tidak jauh dengan amanat Bung Karno dalam pidato hut proklamasi 1996: “janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”
Salah satu budaya yang kental dalam diri saya adalah perpaduan
budaya sunda dan betawi. Persamaan kedua kebudayaan banyak sekali, contohnya
adalah orang sunda bersifat masyarakat sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh
sikap “silih asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling
mengasihi, saling mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga
tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, dan
betawi adalah salah satu suku yang mempunyai jiwa sosial dan toleransi tinggi. Jika
kedua sifat ini digabungkan, akan menciptakan suatu sifat yang sangat mulia, yaitu
sifat yang kasih sayang, lemah lembut, tetapi juga berjiwa sosial tinggi.
Kebudayaan pertama yang akan saya jelaskan kali ini adalah kebudayaan
sunda. Kebudayaan sunda yang terkenal adalah tari Jaipongan. Tari ini mempunyai
ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat,
spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam
pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola)
seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang
tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang.
Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah
Subang.
Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut:
1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing
Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang
sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5)
Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton
(bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan
sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Tarian ini mempunyai makna, bahwa kehidupan harus dipenuhi dengan
unsur-unsur keceriaan, humoris, semangat, dan kesederhaan yang mampu membuat
diri kita mencapai tujuan hidup. Tarian yang indah juga sedikit demi sedikit
berpengaruh pada implementasi hidup kita, yaitu selalu berusaha untuk menjadi
orang yang tenang, tidak terburu-buru dan menikmati setiap detik yang terjadi
dalam hidup.
Tari Topeng Betawi |
Kebudayaan kedua adalah Tari Topeng Betawi. Tarian ini salah satu varian dari banyaknya
jenis Tari Topeng, merupakan tarian tradisional khas masyarakat Betawi.
Gerakannya lincah dan riang. Biasanya, tarian ini diiringi musik rebab, kromong
tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek dan gong buyung. Penarinya
menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Topeng yang dikenakan penari, agar
dapat menempel dengan wajah dipakai dengan cara menggigit bagian dalam
topengnya. Awalnya, tarian ini adalah bagian dari kesenian Topeng Betawi.
Topeng Betawi sendiri merupakan pertunjukkan gabungan yang
melibatkan tarian, musik, narasi dan nyanian, seperti teater atau opera. Namun
dalam pertunjukan ini para memainnya mengenakan topeng sebagai bagian dari
pertunjukan. Hal yang sama apabila kita melihat kesenian Topeng Banjet dari
Karawang, namun berbeda dalam hal bahasa yang dipergunakan oleh kedua jenis
Tari Topeng ini.
Tarian ini mempunyai makna untuk memperoleh kekuatan dalam
mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan
dengan hasil panen yang banyak. Dalam implementasi pada kehidupan sehari-hari,
tarian ini bisa menjadi inspirasi untuk bekerja dengan giart,bersungguh-sungguh
dan berdoa agar keinginan kita bisa berjalan dengan lancar. Makna ini merupakan
salah satu cara sukses untuk mencapai tujuan hidup kita.
Kedua budaya ini sayangnya telah ditinggalkan banyak orang, namun
masih banyak pula masyarakat asli Sunda dan Betawi, bahkan orang-orang dari
luar negeri yang mempertahankan kesenian ini. Sungguh disayangkan apabila kedua
kebudayaan ini hilang, karna kedua budaya ini adalah salah satu ciri khas dari
budaya Sunda dan Betawi.
sumber: id.wikipedia.org