Desain Komunikasi Visual, istilah ini tentu
sudah sering kita dengar, namun tahukah Anda seberapa besar dan luas cakupan
dan pengertian dari istilah yang disingkat DKV ini?
Menurut
Widagdo (1993:31) desain komunikasi visual dalam pengertian modern adalah
desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat
rasional, dan pragmatis. Jagat desain komunikasi visual senantiasa dinamis,
penuh gerak, dan perubahan. Hal itu karena peradaban dan ilmu pengetahuan
modern memungkinkan lahirnya industrialisasi. Sebagai produk kebudayaan yang
terkait dengan sistem sosial dan ekonomi, desain komunikasi visual juga
berhadapan pada konsekuensi sebagai produk massal dan konsumsi massa.
Desain
komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan
daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan
mengolah elemen desain grafis terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf, warna, komposisi
dan layout.
DKV dapat pula berarti ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi
visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari
individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya.
Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang disampaikan kepada
target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan
publikasi program pemerintah. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan sang pembuat secara audio, visual
dan audio-visual kepada sasaran.
DKV ini
digunakan juga untuk memperluas cakupan dan wilayah kerja ilmu kreatif dalam
dsain grafis. Di dalam ranah desain komunikasi visual ini dipelajari semua
bentuk komunikasi yang bersifat komunikasi visual seperti desain grafis, desain
iklan, desain multimedia interaktif.
Tidak
seperti seniman yang mementingkan ekspresi perasaan dalam dirinya, seorang
desainer komunikasi visual adalah penterjemah dalam komunikasi gagasan. Karena
itulah dkv mengajarkan berbagai bahasa visual yang dapat digunakan untuk
menterjemahkan pikiran dalam bentuk visual.
SEJARAH: DKV
Sejak jaman
pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempraktekkan komunikasi visual. Bentuk
komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah piktogram yang digunakan
untuk menceritakan kejadian sehari-hari. bentuk lain adalah hieroglyphics yang
digunakan oleh bangsa Mesir. Kemudian seiring dengan kemajuan jaman dan
keahlian manusia, bentuk-bentuk ini beralih ke tulisan, contohnya prasasti,
buku, dan lain-lain. Dengan perkembangan kreatifitas manusia, bentuk tulisan
ini berkembang lagi menjadi bentuk-bentuk yang lebih menarik dan komunikatif,
contohnya seni panggung dan drama; seperti sendratari Ramayana, seni pewayangan
yang masih menjadi alat komunikasi yang sangat efektif hingga sekarang. Dalam
perkembangannya, desain komunikasi visual telah melengkapi pekerjaan dari agen
periklanan dan tidak hanya mencakup periklanan, tetapi juga desain majalah dan
surat kabar yang menampilkan iklan tersebut.Desainer komunikasi visual telah
menjadi bagian dari kelompok dalam industri komunikasi – dunia periklanan,
penerbitan majalah dan surat kabar, pemasaran dan hubungan masyarakat (public
relations).
Desain Komunikasi Visual baru populer di Indonesia pada tahun 1980-an yang dikenalkan oleh desainer grafis asal Belanda bernama Gert Dumbar. Karena menurutnya desain grafis tidak hanya mengurusi cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving image, audio visual, display dan pameran. Sehingga istilah desain grafis tidaklah cukup menampung perkembangan yang kian luas. Maka dimunculkan istilah desain komunikasi visual seperti yang kita kenal sekarang ini.
PERBEDAAN: DKV vs. SENI MURNI
Desain
Komunikasi Visual bukan seni murni. Seorang seniman pada bidang seni murni
terkadang mempunyai penonton atau pengamat hanya satu (seniman itu sendiri),
dimana karya seni tersebut merupakan ekspresi emosi dan perasaan dari seniman
itu sendiri yang pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan diri seniman tersebut.
Sedangkan seorang desainer komunikasi visual menghadapi lebih dari satu
pengamat yang kadangkala bisa mencapai jutaan orang, dimana desainer itu harus
dapat memahami dan menginterpretasikan permintaan seseorang atau sekelompok
orang ke dalam suatu karya desain yang pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan
orang atau sekelompok orang itu.
Namun, seringkali desain komunikasi visual tampak seperti seni murni, dan sebaliknya seni
murni dapat tampak seperti desain komunikasi visual. Bahan dan teknik yang
digunakan juga hampir sama, tetapi maksud dan tujuan masing-masingnya berbeda.
Seniman dan desainer, keduanya berusaha memecahkan problem visual, tetapi
seniman murni bertujuan lebih untuk memuaskan diri; sedangkan desainer harus
menggerakkan sekelompok orang untuk menghadiri suatu acara, mengikuti petunjuk,
memahami peta suatu lokasi atau membeli suatu produk.
Desain
komunikasi visual memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita
sehari-hari. Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai informasi-informasi yang
berkomunikasi secara visual. Tanda-tanda dan rambu-rambu lalu lintas,
poster-poster promosi tentang restoran, hotel dan lain sebagainya, semua dapat
memberikan informasi kepada pengamatnya yang terdiri dari berbagai kelompok
usia dan berasal dari berbagai kalangan dan golongan. Hal ini juga yang
membedakan desain komunikasi visual dari seni murni, di mana desain komunikasi
visual harus bersifat universal (dapat dimengerti oleh semua orang), sedangkan
dalam seni murni lebih bersifat emosional, di mana maksud dari seniman itu tidak
harus dapat diartikan dan dibaca oleh orang lain.
ELEMEN –
ELEMEN: DKV
Christine
Suharto Cenadi (1999:5) menyebutkan bahwa elemen-elemen desain komunikasi
visual diantaranya adalah tipografi, ilustrasi, dan simbolisme. Elemen-elemen
ini dapat berkembangan seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan
media.
-Tata Letak
Perwajahan (Layout)
Menurut
Smith (1985) dalam Sutopo (2002:174) mengatakan bahwa proses mengatur hal atau
pembuatan layout adalah merangkaikan unsur tertentu menjadi susunan yang baik,
sehingga mencapai tujuan.
-Tipografi
Menurut
Frank Jefkins (1997:248) tipo grafi merupakan : “Seni memilih huruf, dari
ratusan jumlah rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia,
menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata
yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses
typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda. Tipografi
yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu
dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek
yang diiklankan.”
-Ilustrasi
Fungsi
ilustrasi menurut Pudjiastuti (1997:70) adalah :
“Ilustrasi
digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan tepat dan cepat serta
mempertegas sebagai terjemahan dari sebuah judul, sehingga bisa membentuk suatu
suasana penuh emosi, dari gagasan seakan-akan nyata. Ilustrasi sebagai gambaran
pesan yang tak terbaca dan bisa mengurai cerita berupa gambar dan tulisan dalam
bentuk grafis informasi yang memikat. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi
lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar daripada
kata-kata.
-Simbolisme
Simbolisme
sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan
bahasa yang digunakan karena sifatnya yang universal dibanding kata-kata atau
bahasa. Logo merupakan identifikasi dari sebuah perusahaan karena logo harus
mampu mencerminkan citra, tujuan, jenis, serta objektivitasnya agar berbeda
dari yang lainnya
.
-Warna
Danger
(1992:51) menyatakan bahwa warna adalah salah satu dari dua unsur yang
menghasilkan daya tarik visual, dan kenyataannya warna lebih berdaya tarik pada
emosi daripada akal.
-Animasi
Penggunaan
unsur-unsur gerak atau disebut animasi khususnya dalam multimedia akan
menimbulkan kesan tersendiri bagi yang melihatnya. Istanto (2001:61) mengatakan
bahwa konsep dari animasi menggambarkan gerak sehingga dapat mendukung tampilan
secara lebih dinamis.
-Suara
Suara
merupakan elemen pendukung yang digunakan untuk lebih menghidupkan suasana
interaksi. Dalam multimedia interaktif, suara dibedakan menjadi dua, yaitu
suara utama dan suara pendukung. Suara utama adalah suara yang mengiringi
pengguna selama interaksi berlangsung, sedang suara pendukung merupakan suara
yang terdapat pada tombol-tombol.
Sumber:
Gambar dari
https://blostunikom2.files.wordpress.com/2015/05/dkv-copy.jpg
Hadi, Umar.
1998. ‘’Memahami Desain Grafis’’. Katalog Pameran Desain Grafis, LPK Visi
Yogyakarta.
Jewler, A.
Jerome., dan Drewniany Bonnie, L. 2001. Creative Strategy in Advertising. USA:
Wadsworth Thomson Learning, 10 Davis Drive Belmont.
Pirous, AD.
1989. ‘’Desain Grafis pada Kemasan’’. Makalah Simposium Desain Grafis, FSRD ISI
Yogyakarta.
Sanyoto,
Sadjiman Ebdi. 2006. Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan.
Yogyakarta: Dimensi Press.
Sumaryono,
E. 1995. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sutanto, T.
2005. ‘’Sekitar Dunia Desain Grafis/Komunikasi Visual’’. Pura-pura Jurnal DKV
ITB Bandung. 2/Juli. 15-16.
Tinarbuko,
Sumbo. 1998. ‘’Memahami Tanda, Kode, dan Makna Iklan Layanan Masyarakat’’.
Tesis. Bandung: ITB
Widagdo.
1993. ‘’Desain, Teori, dan Praktek’’. Seni Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan
Seni. BP ISI Yogyakarta III/03.
https://agesvisual.wordpress.com/2007/08/17/dkv-berkomunikasi-lewat-tanda-visual/