Kebudayaan yang Mendorong untuk Mencapai Tujuan Hidup

10:15 PM

www.gunadarma.ac.id || studentsite.gunadarma.ac.id

Tari Jaipong



Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang sunda juga mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup tersebut tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama islam. Pandangan hidup orang sunda yang diwariskan dari nenek moyangnya dapat diamati pada ungkapan tradisional sebagai berikut:
"hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catangna."
Artinya: ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa silam takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada tunggak tak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.
Ungkapan tradisional tersebut tidak jauh dengan amanat Bung Karno dalam pidato hut proklamasi 1996: “janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”

Salah satu budaya yang kental dalam diri saya adalah perpaduan budaya sunda dan betawi. Persamaan kedua kebudayaan banyak sekali, contohnya adalah orang sunda bersifat masyarakat sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap “silih asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, dan betawi adalah salah satu suku yang mempunyai jiwa sosial dan toleransi tinggi. Jika kedua sifat ini digabungkan, akan menciptakan suatu sifat yang sangat mulia, yaitu sifat yang kasih sayang, lemah lembut, tetapi juga berjiwa sosial tinggi.
 
Tari Jaipong
Kebudayaan pertama yang akan saya jelaskan kali ini adalah kebudayaan sunda. Kebudayaan sunda yang terkenal adalah tari Jaipongan. Tari ini mempunyai ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.

Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Tarian ini mempunyai makna, bahwa kehidupan harus dipenuhi dengan unsur-unsur keceriaan, humoris, semangat, dan kesederhaan yang mampu membuat diri kita mencapai tujuan hidup. Tarian yang indah juga sedikit demi sedikit berpengaruh pada implementasi hidup kita, yaitu selalu berusaha untuk menjadi orang yang tenang, tidak terburu-buru dan menikmati setiap detik yang terjadi dalam hidup.

Tari Topeng Betawi

Kebudayaan kedua adalah Tari Topeng Betawi.  Tarian ini salah satu varian dari banyaknya jenis Tari Topeng, merupakan tarian tradisional khas masyarakat Betawi. Gerakannya lincah dan riang. Biasanya, tarian ini diiringi musik rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek dan gong buyung. Penarinya menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Topeng yang dikenakan penari, agar dapat menempel dengan wajah dipakai dengan cara menggigit bagian dalam topengnya. Awalnya, tarian ini adalah bagian dari kesenian Topeng Betawi.

Topeng Betawi sendiri merupakan pertunjukkan gabungan yang melibatkan tarian, musik, narasi dan nyanian, seperti teater atau opera. Namun dalam pertunjukan ini para memainnya mengenakan topeng sebagai bagian dari pertunjukan. Hal yang sama apabila kita melihat kesenian Topeng Banjet dari Karawang, namun berbeda dalam hal bahasa yang dipergunakan oleh kedua jenis Tari Topeng ini.

Tarian ini mempunyai makna untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. Dalam implementasi pada kehidupan sehari-hari, tarian ini bisa menjadi inspirasi untuk bekerja dengan giart,bersungguh-sungguh dan berdoa agar keinginan kita bisa berjalan dengan lancar. Makna ini merupakan salah satu cara sukses untuk mencapai tujuan hidup kita.

Kedua budaya ini sayangnya telah ditinggalkan banyak orang, namun masih banyak pula masyarakat asli Sunda dan Betawi, bahkan orang-orang dari luar negeri yang mempertahankan kesenian ini. Sungguh disayangkan apabila kedua kebudayaan ini hilang, karna kedua budaya ini adalah salah satu ciri khas dari budaya Sunda dan Betawi.



 sumber: id.wikipedia.org
 


You Might Also Like

0 comments